KONSEP DASAR DAN JENIS-JENIS BERBICARA
KONSEP
DASAR DAN JENIS-JENIS BERBICARA
Oleh Kelompok I:
1.
Sri Nina Nathania(06021381621031)
2.Ika Purwaningsih (06021381621039)
3. Thea Theresia
Coba (06021381621040)
MATA KULIAH BERBICARA
II
Dosen Pengampu:
1. Dra. Nurbaya, M.Pd.
2. Drs. Ansori, M.Si.
3. Armilia Sari, M.Pd.
4. Yenni Lidyawati, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berbicara merupakan salah satu
kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan
bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan
manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di
antaranya komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal
menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi nonverbal menggunakan
sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya.
Komunikasi verbal dianggap paling
sempurna, efisien, dan efektif.Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan
manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga,
percakapan bertelepon, dan sebagainya.
Interaksi antara pembicara dan
pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi
langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan interaksi tak
langsung bersifat searah. Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung
dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan
sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di
atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana
konsep dasar berbicara?
2.
Apa saja
jenis-jenis berbicara?
C.
TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut.
1.
Untuk
mengetahui bagaimana konsep dasar berbicara.
2.
Untuk mengetahui
jenis-jenis berbicara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR BERBICARA
Kemampuan berbicara siswa
bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang.
Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah.
Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan
resiprokal
Berbicara dan menyimak adalah dua
kegiatan yang berbeda namun berkaiatan erat dan tak terpisahkan, ibarat mata
uang: satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan sisi lainnya ditempati
kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan
berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi,
bertelepon, tanya jawab, interview dan sebagainya.
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
Berbicara adakalanya digunakan
sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya. Bila hal ini dikaitkan dengan
fungsi bahasa maka berbicara digunakan sebagai sararana memperoleh pengetahuan
mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol lingkungannya. Fungsi heuristic sering disampaikan dalam
bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban.
3. Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
Melalui berbicara kreatif, manusia
melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi juga memanifestasikan
kepribadiannya. Tidak hanya dia menggunakan pesona ucapan kata dan dalam
menyatakan apa yang hendak dikatakannya tetapi dia menyatakan secara murni,
fasih, ceria dan spontan. Perkembangan persepsi dan kepekaan terhadap
perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi yang bersangkutan untuk
mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual. Bergantung pada
si pembicaralah apakah dia mampu menjadikan berbicara (komunikasi lisan)
itu menjadi ekpresi kreatif atau hanya pendekatan belaka. Karena itu dikatakan berbicara
tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk
menciptakan dan memformulasikan ide baru.
4. Berbicara
adalah tingkah laku
Berbicara adalah ekspresi pembicara.
Melalui berbicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya. Berbicara
merupakan simbolisasi kepribadian si pembicara. Berbicara juga merupakan
dinamika dalam pengertian melibatkan tujuan pembicara kepada kejadian
disekelilingnya kepada pendengarnya, atau kepada objek tertentu. Dalam bahasa
Indonesia, kita juga menemui peribahasa ” Bahasa menunjukkan bangsa ”. makna peribahasa
tersebut ialah cara kita berbahasa, berbicara, bertingkah laku menggambarkan
kepribadian kita. Dalam kepribadian tersebut telah terselip tingkah laku kita.
Karena itu tepatlah bila dikatakan berbicara adalah tingkah laku.
5. Berbicara
adalah tingkah laku yang dipelajari
Berbicara sebagai tingkah laku, sudah
dipelajari oleh siswa di lingkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya
di sekitar tempatnya hidup sebelum mereka masuk ke sekolah. Keterampilan
berbicara siswa harus dibina oleh guru melalui latihan :
1.
Pengucapan
2.
Pelafalan
3.
Pengontrolan suara
4.
Pengendalian diri
5.
Pengontrolan gerak-gerik tubuh
6.
Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya
7.
Pemakaian bahasa yang baik
8.
Pengorganisasian ide
Keterampilanberbicaramerupakanketerampilan yang
mekanistis.Semakinbanyakberlatihberbicara,
semakindikuasaiketerampilanberbicaraitu.tidakada orang yang langsungterampilberbicaratanpamelalui
proses latihan. Berbicaraadalahtingkahlaku yang harusdipelajari, baru bias
dikuasai.
6. Berbicara
distimulasi oleh pengalaman
Berbicara adalah ekspresi diri. Bila
diri si pembicara terisi oleh pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan
mudah yang bersangkutan menguraikan pengetahuan dan pengalaman itu.
7. Berbicara
untuk memperluas cakrawala
Paling
sedikit berbicara dapat digunakan untuk dua hal. Yang pertama untuk
mengekpresikan ide, perasaan dan imajinasi. Kedua, berbicara dapat juga
digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.
8. Keterampilan
linguistik dan lingkungan
Anak-anak adalah produk lingkungan.
Jika dalam lingkungan hidupnya ia sering diajak berbicara, dan segala
pertanyaannya diperhatikan dan dijawab, serta lingkungan itu sendiri
menyediakan kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara maka dapat
diharapkan anak tersebut terampil berbicara. Ini berarti si anak sudah memliki
kemampuan linguistik yang memadai sebelum mereka memasuki sekolah.
9. Berbicara
adalah pancaran kepribadian
Gamabaran
pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kita dapat
menduganya dari gerak-geriknya, tingkah lakunya, kecenderungannya, kesukaannya,
dan cara bicaranya. berbicara pada hakikatnya melukisnya apa yang ada di hati,
misalnya pikiran, perasaan, keinginan, idenya dan lain-lain. Karena itu sering
dikatakan bahwa berbicara adalah indeks kepribadian.
B. JENIS-JENIS BERBICARA
Bila diperhatikan mengenai bahasa
pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi,
percakapan, pidato, dan ceramah.
1. Diskusi
adalah salah satu bentuk kegiatan wicara yang meliputi 2 orang atau lebih
dengan berdiskusi kita dapat memperluas pengetahuan serta memperoleh banyak
pengalaman, dan bertukar pikiran. Diskusi dibagi menjadi tujuh yaitu seminar,
sarasehan, diskusi panel, kongres, muktamar, dan lokakarya.
2. Percakapan adalah percakapan antara 2 orang atau lebih yang mendalam dan
saling mendengarkan serta berbagi
pandangan satu sama lain.
3. Pidato adalah menyampaikan pikiran dalam bentuk kata kata yang
disampaikan didepan banyak orang.
4. Ceramah adalah pidato yang bertujuan untuk memberi nasehat dan
petunjuk,sementara ada audiens yang bertindah sebagai pendengar,ceramah dapat
dilakukan kapan saja,tidak ada mimbar tempat khusus pelaksanaanya,waktu tidak
dibatasi dan siapapun boleh berdakwah. Komponen ceramah yaitu Da’i
(Penceramah), Mad’u (Audiens), dan Materi.
Berdasarkan pengamatan ada lima
landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara
yaitu:
a.
Situasi
Aktivitas
berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan
lingkungan itu dapat bersifat formal
atau resmi, mungkin pula bersifat informal
atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara
formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara tak
formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada
pembicara dan pendengar.
Untuk itu,
diperlukan beberapa prasyarat.Jenis kegiatan berbicara informal meliputi :
tukar pengalaman, percakapan,menyampaikan
pengumuman, bertelpon dan memberi petunjuk (Logan, Ø dkk., 1972 :108). Sedangkan jenis
kegiatan yang bersifat formal meliputi: perencanaan dan penilaian,
ceramah, interview, prosedur parlementer dan bercerita (Logan, dkk., 1972: 116)
b.
Tujuan
Akhir
pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan
orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasikan dan
meyakinkan atau menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara
tersebut di atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara
lain:
1. Berbicara menghibur
Biasanya suasana santai, rileks dan kocak.
Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam
berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya senang
gembira dan bersukaria.
Contoh:
Jenis berbicara ini, antara lain
lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan
lain-lain.
2. Berbicara menginformasikan.
Dalam suasana serius, tertib dan
hening. Berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas,
sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya.
Contoh:
1. Penjelasan
menteri Sekneg sehabis sidang kabinet
2. Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu
kejadian, peraturan pemerintah, dan
sebagainya.
3. Penjelasan
PPL di depan kelompok tani, dan
4. Penjelasan
instruktur pada siswanya.
3. Berbicara menstimulasi
Berbicara menstimulasi juga berusaha
serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari
pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan
atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara menstimulasi,
pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu
bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih
berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan
kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.
Contoh:
1. Nasehat
guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya
2. Pepatah
petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
3. Nasehat
dokter pada pasiennya
4. Nasehat
atasan pada karyawan yang malas dan
5. Nasehat
ibu pada putrinya yang patah hati
4. Berbicara meyakinkan
Sesuai
dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya, suasananya pun bersifat
serius, mencekam dan menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap
pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi
simpati dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus
melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan
dapat bertanggungjawabkan dari segala segi.
Contoh:
1. Pidato
petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana
2. Pidato
petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi,
3. Pidato
pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut,
4. Pidato
calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya
5. Pidato pimpinan BRI
pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.
5.
Berbicara
menggerakkan
Berbicara juga
menuntun keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. Pembicara
dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, dan panutan
masyarakat.
Misal:
Bung Tomo dapat membakar semangat
juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
c. Metode penyampaian
Empat (4)
cara yang biasa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain
yaitu:
1. Penyampaian
secara mendadak, terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya
harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan situasi.
Misal:
Karena pembicara yang telah
direncanakan berhalangan hadir tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan
penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta secara mendadak
memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.
2. Penyampaian
berdasarkan cacatankecil, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman
berbicara. Berbasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai
sesuatu hal. Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan
menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
3. Penyampaian
berdasarkan hafalan,berbicara berdasarkan hafalan memang banyak ke lemahannya,
pembicara mungkin lupa akan beberapa bagian dari isi pidatonya,
perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian
pada situasi yang ada.
4. Penyampain
berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah di laksanakan dalam
situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut kepentingan
umum.
d. Jumlahpenyimak
Komunikasi
lisan melibatkan dua pihak, yaitu pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang
berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya
satu orang, babarapa orang (kelompok kecil) dan banyak orang (kelompok
besar).
Berdasarkan
jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis, yaitu:
a. Berbicara antarpribadi, atau bicara empat
mata, terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan,
atau mendiskusikan.
b. Berbicara
dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok
kecil pendengar, misanya 3-5 orang
c. Berbicara
dalam kelompok besar. Terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar
berjumlah besar atau massa.
e. Peristiwa khusus
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan
sebagai peristiwa khusus, istimewahatau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu
adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan dan lain-lain.
Berdasarkan peristiwa khusus itu
berbicara atau berpidato dapat bigolongkan atas lima jenis:
1. Pidato
presentasi, ialah pidato yang dilakukan dalam suasana pembagian hadiah
2. Pidato
penyambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.
3. Pidato perpisahan,
berisi kata-kata perpisahan
4. Pidato
perkenalan, berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan,
pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan rumah.
5. Pidato
nominasi (mengunggulkan)berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan.
(Logan, dkk;1972: 127).
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG DINILAI DALAM BERBICARA
Dalam penilaian keterampilan
berbicara terjadi pada saat proses guru mencatat kekurangan dan kemajuan yang
diperoleh siswa. hasil penilaian ini harus disampaikan kepada siswa secara
lisan, secara motivasi siswa dalam berbicara, sasaran yang dicapai harus jelas.
Informasi yang dicatat dalam penilaian merupakan umpan balik yang tidak
ternilai bagi siswa.
Mengingat kemampuan berbicara
memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif. Penilaian yang mengukur dan
menilai sutu kegiatan saja, tetapi hendaknya berlanjut dan bertujuan
meningkatkan keterampilan berbicara pada kegiatan berikutnya.
Faktor-faktor yang dinilai dalam
berbicara, diantaranya sebagai berikut.
1. Faktor kebahasaan
yang mencakup
a.
Pengucapan vokal
b.
Penempatan tekanan
c.
Pilihan kata / ungkapan atau diksi
d.
Variasi kata
e.
Sruktur kalimat dan
f.
Ragam kalimat
2. Faktor nom kebahasaan
yang mencakup :
a.Keberanian
dan semangat
b. Kelancaran
c.Gerak-gerik
dan mimik
d.Penguasaan
topik
e.Penalaran
atau pemahaman / pengungkapan materi wacana.
Menurut Mulgrave (Tarigan, 1986: 22)
menyatakan bahwa analisis mengenai proses inteluktual yang diperlukan untuk
mengembangkan untuk kemampuan berbicara menunjukan perlunya pengaturan bahan
bagi penampilan lisan, perlunya penggunaan ekspresi yang jelas dan efektif bagi
komunikasi yang khusus tersebut, dan perlunya berbicara suatu keterampilan yang
penuh seksama dan perhatian.
Jenis
berbicara di Muka umum
1.
Berbicara
untuk melaporkan
Berbicara untuk melaporkan, bertujuan untuk
memberitahukan informasi (informative
speaking) dilaksanakan kalau seseorang berkeinginan untuk:
1. Memberi atau
menanamkan pengetahuan,
2. Menetapkan
atau menentukan hubungan-hubungan antara benda-benda,
3. Menerangkan
atau menjelaskan suatu proses, dan
4. Menginterpretasi
atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun menguraikan suatu tulisan.
2.
Berbicara
secara kekeluargaan
Pengalaman-pengalaman manusia diperkuat serta
ditingkatkan dengan jalan menceritakannya kepada orang lain. Tidak ada wadah
lain yang lebih sesuai untuk maksud-maksud seperti ini selain dalam
situasi-situasi persahabatan atau kekeluargaan. Cara yang paling umum menjamin
serta memadukan suatu perasaan persahabatan adalah melalui obrolan hiburan.
Kesempatan-kesempatan bagi para pembicaraan yang bersifat kekeluargaan atau
persahabatan, antara lain:
1) Pidato
sambutan selamat datang,
2) Pidato
perpisahan,
3) Pidato
penampilan, penyajian, dan perkenalan,
4) Pidato
jawaban atau balasan,
5) Pidato atau
sambutan dalam pembukaan suatu upacara, pemberian ijazah dan lain-lain,
6) Pembicaraan
sesudah makan,
7) Pidato atau
sambutan pada saat-saat memperingati hari jadi, dan hari ulang tahun.
8) Pidato atau
sambutan penghiburan, pertunjukan, dan lain-lain serta,
9) Pidato atau
kata-kata pujian tentang seseorang yang telah meninggal dunia. (Powers, 1951 :
208).
3.
Berbicara
untuk meyakinkan
Pembicaran inibertujuan meyakinkan
pendengarnya agar pendengar yakin akan hal apa yang kita bicarakan.
4.
Berbicara
untuk merundingkan
Berbicara
untuk merundingkan atau deliberative
speaking pada dasarnya bertujuan untuk membuat seuatu keputusan dan
rencana. Pada dasarnya membuat orang sadar akan suatu kebenaran. Menyakinkan
berbeda dari memaksakan. Dalam hal ini bahwa daya tarifnya cenderung lebih
kepada akal dari pada perasaan. Oleh sebab itu, meyakinkan menuntun beberapa
unsur antara lain:
1. Kejelasan,
kemurnian, atau kecerahan (clarity);
2. Ketertiban, kerapian,
atau keteraturan (orderwiness);
3. Fakta-fakta,
bukti-bukti, atau petunjuk-petunjuk (evidence);
4. Alasan-alasan,
bantahan-bantahan, penjelasan-penjelasan, atau argumen-argumen (arguments); dan
5. Pikiran-pikiran,
atau pemikiran-pemikiran yang jujur dan terus terang (straight thinking). (Powers, 1951 : 241 – 242)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kemampuan berbicara siswa
bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar, sedang, gagap atau kurang.
Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah.
Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi
mencakup sembilan hal (1). Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan
resiprokal, (2). Berbicara adalah proses individu berkomunikasi, (3). Berbicara
adalah ekspresi yang kreatif, (4). Berbicara adalah tingkah laku, (5).
Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari, (6). Berbicara distimulasi oleh
pengalaman, (7). Berbicara untuk memperluas cakrawala, (8). Keterampilan
linguistik dan lingkungan, (9). Berbicara adalah pancaran kepribadian
Bila diperhatikan mengenai bahasa
pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi,
percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. Berdasarkan
pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan
berbicara yaitu:
a)
Situasi
b) Tujuan
c) Metode penyampain
d) Jumlahpenyimak
e) Peristiwa khusus
B.
SARAN
1. Hendaknya
kita dapat melakukan kegiatan berbicara harus berlandaskan dengan konsep dasar
berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
2.
Setelah
mengetahui jenis-jenis berbicara hendaknya kita dapat melakukan kegiatan
berbicara dengan memperhatikan landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan
kegiatan berbicara.
DAFTAR PUSTAKA
Keterampilan Berbahasa. Artikel.
Tarigan,
Djago. 1994. Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta.
Tarigan,
Henry Guntur. Psiko Sastra : Telah
Hakekat Berbicara. Malang.
Tarigan, Henry Guntur. 1980. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: FKSS - IKIP
Soal Evaluasi Berbicara
1. Termasuk dalam konsep apakah bercakap-cakap,
diskusi, bertelepon, tanya jawab, dan interview?
a. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan
resiprokal
b. Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
c. Berbicara adalah tingkah laku
d. Berbicara distimulasi oleh pengalaman
2. Diantara 9 konsep ada yang menyatakan bahwa
melalui berbicara manusia melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi juga
memanifestasikan kepribadiannya,termasuk dalam konsep apakah pernyataan
tersebut?
a. Berbicara adalah tingkah laku
b. Berbicara distimulasi oleh pengalaman
c. Berbicara untuk memperluas cakrawala
d. Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
3. Diantara 9 konsep tersebut ada yang menyatakan
bahwa keterampilan berbicara siswa harus
dibina oleh guru melalui beberapa latihan yang mencakup diantaranya:
pengendalian diri,pengontrolan gerak gerik tubuh,pelafalan dll,termasuk konsep
apakah itu?
a. Berbicara distimulasi oleh pengalaman
b. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
c. Berbicara untuk memperluas
cakrawala
d. Berbicara adalah tingkah laku
4. Berikut ini merupakan contoh dari jenis-jenis
berbicara berdasarkan tujuan yaitu Berbicara menstimulasi, kecuali ?
a. Penjelasan PPL di depan kelompok tani
b.Nasehat dokter pada pasiennya
c.Nasehat atasan pada karyawan yang malas
d.Nasehat ibu pada putrinya yang patah hati
5. Berdasarkan jumlah penyimak berbicara di bagi
menjadi 3 bagian yaitu ?
a. Berbicara antarpribadi, pidato presentasi, dan
bicara dalam kelompok kecil
b. Berbicara untuk meyakinkan, berbicara untuk melaporkan,
dan berbicara untuk menghibur
c. Berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok
kecil, dan berbicara dalam kelompok besar
d. Berbicara untuk merundingkan, berbicara dalam
kelompok besar, dan berbicara dalam kelompok kecil
6. Pidato presentasi biasa digunakan pada saat ?
a. Saat perpisahan c.
Saat mengucapkan selamat datang pada
tamu
b. Saat membagi hadiah d. Saat nominasi
7. Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang
digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara yaitu, kecuali ?
a. Situasi c.
Memperluas cakrawala
b. Jumlah penyimak d.
Peristiwa khusus
8. Pidato yang bersifat resmi dan menyangkut
kepentingan umum lebih efektif menggunakan metode penyampaian ?
a. Catatan kecil c.
Hapalan
b. Naskah d. Secara mendadak
9. Maksud berbicara untuk merundingkan ialah ?
a. Berbicara untuk mengajak orang agar tertarik
dengan apa yang kita sampaikan
b. Berbicara untuk lebih dekat dengan pendengar
c. Berbicara untuk mencari kebenaran dan membuat
keputusan
d. Berbicara untuk menerangkan suatu proses dan
kejadian
10. Dibawah ini merupakan jenis kegiatan berbicara
yang bukan secara kekeluargaan ialah ?
a. Pembicaraan sesudah makan c. Sambutan pemberian ijazah
b. Pidato melaporkan suatu perkara d. Pidato sambutan
pertunjukan.
Komentar
Posting Komentar