FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEEFEKTIVITASAN BERBICARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEEFEKTIVITASAN BERBICARA
Disusun Oleh Kelompok :
1.
Putri Maharani (06021381621054)
2.
Mela Revona (06021381621043)
3.
Emelia Sucini (06021381621052)
Untuk
Memenuhi Mata Kuliah Berbicara II
Dosen Pengampu : 1.
Dra. Nurbaya, M.Pd.
2.
Drs. Ansori, M.Pd.
3.
Yenni
Lidyawati, M.Pd.
4.
Armilia Sari, M.Pd.
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS BERBICARA
A.
Pengertian Berbicara
Semua orang memiliki kemampuan
berbicara. Akan tetapi, jika seseorang dituntut untuk berbicara didepan umum
dengan situasi yang formal, mereka mengalami kesulitan. Kemampuan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan
persendian.
Tampil berbicara dengan hanya
mengandalkan teknik rhetorika, nampaknya tidaklah cukup untuk menjadi seorang
pembicara yang handal. Karena bagimanapun hebatnya daya pesona yang ditimbulkan
oleh seorang pembicara dalam penampilannya tanpa didukung oleh efektifitas
pembicaraan yang dibawakannya, maka apa yang disampaikannya itu akan berlalu
begitu saja tanpa menimbulkan kesan yang mendalam, atau dengan kata lain efek
pesan yang disampaikannya itu hanya bertahan sampai selesainya pembicaraan,
begitu pembahasan selesai maka selesai pulalah segalanya.
Untuk itulah maka disamping seorang pembicara perlu memiliki rhetorika
yang baik, ia juga perlu menguasai apa yang disebut berbicara yang efektif.
Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak
secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya.
Hal itu dapat terjadi jika pembicaraannya sistematis, benar, tepat dan tidak
berbelit-belit dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Dikutip dari buku Hendri Guntur Tarigan
bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
Berbicara juga dapat diartikan kemampuan
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Tujuan utama dari berbicara adalah
untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif,
sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaranya, disamping juga dapat
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang
akan dibicarakan, tetapi bagaimana mengemukakannya. Bagaimana mengemukakannya,
hal ini menyangkut masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut.
Kemampuan berbicara merupakan hal yang
sangat penting, karena untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Berbicara
merupakan suatu perbuatan
manusia yang bersifat individual, artinya tidak ada orang yang berbicara sama
dalam memilih kata, tempo bicara, lagu bicara dan lain-lain.
Menurut Bambang Setyono (1998:19)
mengungkapkan bahwa ”Bicara merupakan vokal-vokal dengan kekerasan yang
bervariasi lama-kelamaan berkembang menjadi bunyi-bunyi yang lebih sempurna
sesuai dengan kematangan fisik dan mentalnya.” Sedangkan menurut Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1984:31) ”Berbicara adalah suatu perbuatan manusia
yang bersifat individual, artinya tidak ada orang yang berbicara sama dalam
memilih kata, tempo bicara, lagu bicara dan lain-lain.”
Menurut Maidar G. Arsjad & Mukti U
S (1988:17) adalah sebagai berikut: “Kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan.”
Berbagai
pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa bicara adalah suatu perbuatan
dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat bicara untuk megekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan sehingga dapat
meningkatkan kemampuan berbicara.
B.
Dasar-dasar berbicara efektif
Pada dasarnya berbicara efektif pada
kesempatan apapun terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu pembukaan, isi atau inti
permasalahan, dan penutup.
1.
Pembukaan
Pembukaan
adalah bagian awal dari setiap pembicaraan. Pembukaan termasuk bagian penting
karena turut menentukan sukses tidaknya suatu pembicaraan. Bila pembukaan sudah
berhasil menggugah minat dengar orang, maka kesuksesan pembicaraan sudah 50 %
ada ditangan si pembicara. Sebaliknya, bila pembukaannya saja sudah
membosankan, maka kegagalan penyampaian pesan dapat dikatakan sudah 90%, karena
yakinlah bahwa pembicara akan diabaikan atau tidak akan diperhatikan oleh pendengar.
Pembukaan
seyogyanya dilakukan paling lama lima menit. Dan diharapkan waktu lima menit
tersebut dapat memberikan kesan yang menyenangkan dan menarik minat bagi para
pendengar sehinga para pendengar bersedia menyimak pembicaraan selanjutnya
dengan seksama.
Pada
acara formal, misalnya pidato, isi “Pembukaan” biasanya terdiri dari salam
kepada orang/pejabat atau tokoh setempat yang hadir, ucapan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan, dan ulasan sekilas tentang masalah yang akan
dibicarakan.
Pembukaan
sebaiknya memuat common interest dari pendengar. Misalnya berbicara tentang
hal-hal aktual yang sedang terjadi yang menjadi bahan pembicaraan yang hangat
di masyarakat, walaupun mungkin tidak ada kaitannya dengan yang akan
dibicarakan. Bisa juga disisipkan beberapa lelucon/anekdot segar yang dapat
menggugah perhatian dan simpati orang. Alangkah baiknya apabila lelucon atau
“penyegar” tersebut secara tidak langsung dapat disambungkan dengan inti
masalah.
Bila
kata pembukaan berhasil, perhatian pendengar secara halus dapat ditarik ke inti
permasalahan. Pembukaan pada setiap
kesempatan pembicaraan sangat berbeda, tergantung pada misi, sifat, lawan
bicara, dan suasana pembicaraan.
a.
Misi Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh misi
pembicaraan. Yang dimaksudkan dengan misi pembicaraan di sini adalah tujuan
pertemuan atau pembicaraan dan tugas yang dibebankan kepada si pembicara untuk
disampaikan kepada hadirin.
b.
Sifat Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh sifat
pembicaraan, apakah serius, resmi, atau tidak sama sekali. Pembukaan di depan
forum resmi, misalnya pertemuan atau rapat dinas yang dihadiri oleh pejabat
kantor bersangkutan dan para pejabat pemerintah, sifatnya sangat formal yang
biasanya akan mengikuti tatanan yang sudah baku dalam acara resmi. Dalam hal
ini, pembukaan harus benar-benar mencerminkan keseriusan dari acaranya.
“Pembukaan” pembicaraan atau pidato dapat disisipi “penyegaran” dengan sedikit humor,
dan bisa dilakukan dengan santai tapi dengan tidak menghilangkan keseriusan
acara.
c.
Lawan Bicara
Lawan bicara turut menentukan
“pembukaan” pembicaraan. Lawan bicara atau pendengar bisa dikategorikan dalam
dua bahagian, yaitu kelompok atau perseorangan. Pembicaraan dengan perseorangan
(seseorang), pembukaannya biasanya lebih
diwarnai dengan gaya yang sifatnya kekeluargaan, apalagi kalau keduanya sudah
akrab. Namun apabila pembicara dengan lawan bicara belum akrab benar maka
pembukaan disampaikan seperlunya hingga dirasa suasana sudah “hangat”, kemudian
kita dapat masuk ke masalah inti yang akan disampaikan.
Berbeda jika pembicaraan dilakukan
dihadapan banyak orang maka harus diperhatikan siapa siapa yang menjadi lawan
bicara, pembukaannya harus ditujukan kepada semua hadirin.
Disamping itu, beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah: usia, status sosial, bahasa dari lawan bicara,
karena ini berkaitan dengan adat kesopanan yang juga akan sangat menentukan
minat dengar dari lawan bicara.
d.
Suasana
Suasana juga ikut menentukan
bagaimana pembukaan suatu pembicaraan. Baik isi maupun pola tutur bahasa bahkan
nada bicara yang digunakan adalah sangat erat hubungannya dengan suasana yang
berlangsung atau yang dihadapi oleh pembicara. Karenanya pembicara harus memahami
betul suasana yang dihadapinya untuk memulai atau membuka suatu pembicaraan,
apakah gembira, sedih, santai atau suasana yang lainnya. Pembukaan pembicaraan
atau sambutan dan sejenisnya, pada suatu acara pemakaman jangan sampai
disamakan seperti pada pembukaan acara ulang tahun, atau sebaliknya.
2.
Isi/Inti Pembicaraan
Inti
pembicaraan merupakan bagian paling pokok dalam pembicaraan. Bagian ini
merupakan tujuan dari pembicaraan. Dalam bagian inilah rincian permasalahan
akan dibahas.
Dalam
acara-acara tertentu, misalnya diskusi, seminar, sarasehan, biasanya
penyampaian inti permasalahan tidaklah perlu terlalu mendetail, melainkan hanya
pada butir-butir pokoknya sajalah yang disampaikan. Penyampaian yang mendetail
biasanya disampaikan dalam forum tanya jawab.
Isi
pembicaraan harus dapat disampaikan secara lengkap dengan sistematis dan tidak
berkepanjangan atau bertele-tele. Pembicara harus konsisten dengan inti
permasalahan. Pembicaraan tidak boleh merambat ke hal-hal di luar permasalahan
yang dibicarakan, terkecuali jika hal itu diambil sekedar sebagai referensi
atau sebagai loncatan berfikir (itupun harus dibatasi dan dijaga jangan sampai
berkembang lebih jauh). Untuk lebih memfokuskan perhatian pendengar dapat
dibantu dengan presentasi yang menggunakan alat audio, visual atau audio
visual.
Sesekali
sisipkan anekdot atau guyonan penyegar suasana. Dan selanjutnya libatkan
hadirin dalam permasalahan yang disampaikan, misalnya dengan melontarkan
pertanyaan yang berhubungan dengan inti permasalahan. Cara seperti ini hampir
selalu dapat mengikat perhatian pendengar sepanjang pembicaraan.
Perlu
diperhatikan bahwa, sebaiknya lama pembicaraan tidak lebih dari satu jam per
sesi. Pembahasan inti permasalahan dapat dilanjutkan lagi dalam forum tanya
jawab. Setelah semua inti materi disampaikan, tiba saatnya untuk menutup
pembicaraan.
3.
Penutup
Pada
akhir pembicaraan hendaknya diusahakan adanya kata-kata penutup yang dibuat
sesingkat mungkin, paling lama tiga sampai lima menit. Dalam penutup dapat
disampaikan kesimpulan atau rangkuman penting sebagai hasil pembicaraan itu.
Penutup
biasanya diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada hadirin atas perhatian yang
diberikan dan kepada penyelenggara apabila berbicara pada suatu acara resmi. Dan terakhir sekali
adalah ucapkan salam sebagai penutup pembicaraan.
C. Faktor-faktor
penunjang keefektifan berbicara
Apabila anda
menyampaikan sesuatu kepada pendengar, anda menggunakan saluran verbal dan
non-verbal untuk mengkomunikasikan pesan itu. Untuk menampilkan suatu
penyampaian secara efektif, anda harus termpil dalam menggunakan kedua saluran
komunikasi tersebut. Saluran verbal (kata-kata yang anda ucapkan) mewakili
tujuan pesan dari pesan yang akan disampaikan. Saluran non-verbal terkandung
dalam gerak mimik dan bunyi suara anda. Saluran ini membawa semsembilan puluh
tiga persen tersisa dari pesan yang anda sampaikan kepada pendengar.
1.
Faktor kebahasaan
Menurut Maidar G Arsjad dan Mukti U S (
1988:17 ), faktor-faktor kabahasaan yang menunjang kemampuan berbicara adalah
sebagai berikut.
a.
Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan
diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang
kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar, kebosanan dan kurang
menyenangkan. Sudah tentu pula ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak
selalu sama, masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang
berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaran, perasaan dan sasaran.
b.
Penempatan tekanan, nada, sendi dan
durasi yang sesuai
Kesesuaian
tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam
berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor-faktor penentu walaupun
masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada,
sendi, dan durasi yang sesuai. Akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik.
Sebaliknya jika penyampaiannya datar-datar saja, hampir dapat dipastikan akan
menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
c.
Pilihan kata /Diksi
Dalam pemilihan kata hendaknya
tepat, jelas dan bervariasi: jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar,
misalnya kata-kata populer tertentu lebih efektif dari pada kata-kata
muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa
ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu hendaknya
pilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar.
d.
Ketepatan sasaran pembicara
Semua ini menyangkut kalimat.
Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap
pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap
keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat
efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,
meninggalkan kesan atau menimbulkan akibat.
Kalimat yang efektif mempunyai
ciri-ciri kebutuhan, pertautan, pemusatan perhatian dan kehematan. Kebutuhan kalimat jika setiap kata
betul-betul merupakan bagian dari sebuah kalimat, bisa juga rusak karena
ketiadaan subjek atau adanya kerancuan. Pertautan pertalian dengan hubungan
antara unsur-unsur kalimat, misalnya antara kata dengan kata, frase dengan
frase dalam sebuah kalimat. Hubungan harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian
dalam kalimat dapat ditempatkan pada bagian awal atau akhir kalimat. Selain itu
kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata sehingga kata yang tidak
berfungsi perlu disingkirkan.
2.
Faktor nonkebahasaan
Menurut
Maidar G Arsjad dan Mukti U S (1988:20-22), keefektifan berbicara tidak hanya
didukung oleh faktor kebahasaan, dalam proses belajar mengajar berbicara,
sebaiknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, sehinga kalau
faktor non kebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor
kebahasaan. Yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah sebagai berikut.
a.
Sikap yang wajar, tenang dan tidak
kaku.
Sikap yang
wajar oleh pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya.
Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan
penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik, akan menghilangkan kegugupan
dan sikap ini juga memerlukan latihan.
b.
Pandangan harus diarahkan kepada lawan
bicara.
Banyak pembicara
kita saksikan berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi melihat keatas,
kesamping, atau menunduk. Akibatnya perhatian pendengar berkurang. Hendaknya
diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.
c.
Kesediaan menghargai pendapat orang
lain.
Seorang
pembicara hendaknya dalam menyampaikan isi pembicaraan memiliki sikap terbuka
dalam arti dapat menerima pendapat pihak, bersedia menerima kritik, bersedia
mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Selain itu juga harus mampu mempertahankan
pendapatnya yang mana mengandung argumentasi yang kuat dan betul-betul diyakini
kebenarannya.
d.
Gerakan dan Mimik
Gerakan-gerakan
dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang
penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau
mimik hal ini dapat menghidupkan komunikasi. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan
akan mengganggu keefektifan berbicara sehingga kesan kurang dipahami.
e.
Kenyaringan suara juga sangat
menentukan.
Tingkat
kenyaringan ini disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar dan
akustik tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak. Kita antara kenyaringan
suara kita supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga
memuat kemungkinan gangguan dari luar.
f.
Kelancaran
Kelancaran
berbicara akan memudahkan pendengaran menangkap isi pembicaraannya. Selain itu
berbicara yang terputus-putus bahkan menyelipkan bunyi ee, oo, aa dapat
mengganggu penangkapan pendengaran, dan sebalikya pembicara yang terlalu cepat
berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pembicaraanya.
g.
Relevansi atau Penalaran
Proses berfikir untuk sampai pada
suatu kesimpulan haruslah logis yang meliputi berbagai gagasan. Hal ini berarti
hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus
logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.
h.
Penguasaan topik
Dalam pembicaraan formal selalu menuntut
persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai.
Pengusaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi
penguasaan topik ini sangat penting bahkan merupakan faktor utama dalam
berbicara.
Narasi Kasus
·
Pak Andi adalah seorang pembicara yang baik. Sering kali
ia diundang untuk berpidato dalam sebuah acara.peserta yang hadir pun selalu
menyukai pidatonya karena pada saat pembukaan pidato tak hanya salam yang ia
lontarkan namun ditambahkan dengan lelucon untuk membuat peserta tertarik
mendengarkan pembicaraan pak Andi. Isi pidato iya sampaikan dengan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta. Dan pada akhir pidatonya ia
sampaikan dengan salam penutup namun tidak bertele-tele.
Evaluasi
1.
Yang termasuk faktor yang menunjang kemampuan berbicara
adalah?
a.
Ucapan
b.
Sikap yang wajar
c.
Kelancaran berbicara
d.
Menguasai topik
2.
Karena Dio seorang pembicara yang baik pada saat
berbicara tangannya pun tidak pernah ia sembunyikan dan tidak terbata-bata pada
saat berbicara merupakan salah satu faktor penunjang keefektivitas berbicara
dalam?
a.
Kebahasaan
b.
Non kebahasaan
c.
Mimik
d.
Kenyaringan suara
3.
Dasar keefektivitas berbicara terdiri dari ?
a.
Isi Pembicaraan
b.
Topik Pembiacaraan
c.
Pembukaan, Isi, Penutup
d.
Isi dan Penutup
4.
Maksimal waktu pembukaan pada saat berbicara adalah?
a.
5 menit
b.
10 menit
c.
15 menit
d.
3 menit
5.
Untuk menanpilkan suatu penyampaian secara efektiv
menggunakan komunikasi?
a.
Suara
b.
Telepati
c.
Verba dan Non Verba
d.
Via Telepon
6.
Yang termasuk faktor kebahasaan kecuali?
a.
Ketepanan Ucap
b.
Diksi
c.
Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai
d.
Kelancaran Berbicara
7.
Kelancaran berbicara termasuk dalam faktor?
a.
Kebahasaan
b.
Non Kebahasaan
c.
Verba
d.
Non Verba
8.
Ciri seorang pembicara menguasi topik pembicaraan yaitu?
a.
Mudah Lupa
b.
Memunculkan Keberanian dan Kelancaran
c.
Agar peserta ikut memahami
d.
Menjadi gugup
9.
Pada saat berbicara Ana selalu mengerakan tangannya
secukupnya hal ini termasuk dalam faktor?
a.
Mimik
b.
Non Kebahasaan
c.
Kebahasaan
d.
Gerakan
10.
Selain perlu memiliki retorika yang baik dalam berbicara
mengapa harus menguasi berbicara yang efektif?
a.
Agar pendengar bersemangat untuk hadir dalam acara
b.
Saran menyampaikan ide kepada orang lain
c.
Agara pendengar kebingungan
d.
Agar kelihatan hebat oleh pendengar
Daftar Pustaka
1.
Dra. G. Arsjad, Maidar. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
3.
Prof. Dr. Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbiara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa Bandung
Sangat membantu. Terimakasih
BalasHapusSangat membantu. Terimakasih
BalasHapus1xbet korean soccer tips for beginners and players - LegalBet
BalasHapus1xbet korean soccer tips for beginners and players. Best online bookmakers, 1xbet com bonuses and codes for football betting markets.